BUDIDAYA KERANG HIJAU
1.1 Latar Belakang
Kerang
hijau termasuk moluska yang mempunyai cangkang yang simetris. Panjang
cangkangnya lebih dari dua kali lebarnya, mempunyai insang yang
berlapis-lapis dan mempunyai cilia. Hidup menempel pada benda-benda
keras dengan bantuan benang byssus yang dihasilkan oleh kelenjar kaki
(Asikin,1982).
Kerang
hijau merupakan hasil laut segar yang dikonsumsi luas oleh masyarakat.
Hewan ini banyak dimanfaatkan sebagai salah satu sumber protein hewani.
Kerang hijau mempunyai nama lokal yang berbeda disetiap tempat, seperti
kijing (Jakarta), kedaung (Banten), dan kemudi kapal (Riau). Di
negara-negara Asia Tenggara, kerang hijau dikenal dengan sebutan siput
sudu (Malaysia), chaff luan (Singapura), to hong (Philipina) dan hai
mong poo (Thailand).
Pengertian
kerang bersifat umum dan tidak memiliki arti secara biologi namun
penggunaannya luas dan dipakai dalam kegiatan ekonomi. Dalam pengertian
paling luas, kerang berarti semua moluska dengan sepasang cangkang. Dengan pengertian ini, lebih tepat orang menyebutnya kerang-kerangan dan sepadan dengan arti clam yang dipakai di Amerika. Kata kerang dapat pula berarti semua kerang-kerangan yang hidupnya menempel pada suatu obyek. Semua
kerang-kerangan memiliki sepasang cangkang (disebut juga cangkok atau
katup) yang biasanya simetri cermin yang terhubung dengan suatu ligamen
(jaringan ikat). Pada kebanyakan kerang terdapat dua otot adduktor yang
mengatur buka-tutupnya cangkang.
Kerang
tidak memiliki kepala (juga otak) dan hanya simping yang memiliki mata.
Organ yang dimiliki adalah ginjal, jantung, mulut, dan anus. Kerang
dapat bergerak dengan “kaki” berupa semacam organ pipih yang dikeluarkan
dari cangkang sewaktu-waktu atau dengan membuka-tutup cangkang secara
mengejut. Sistem sirkulasinya terbuka, berarti tidak memiliki pembuluh
darah. Pasokan oksigen berasal dari darah yang sangat cair yang kaya
nutrisi dan oksigen yang menyelubungi organ-organnya. Makanan kerang
adalah plankton, dengan cara menyaring. Kerang sendiri merupakan mangsa
bagi cumi-cumi dan hiu. Semua kerang adalah jantan ketika muda. Beberapa
akan menjadi betina seiring dengan kedewasaan.
Budidaya
kerang hijau atau biasa dikenal dipasaran dengan nama kerang Kupang
Awung ternyata tidaklah sulit, disamping dengan biayah murah, budidaya
kerang hijau ternyata menguntungkan.
Kerang
hijau ini merupakan salah satu jenis kerang yang banyak digemari untuk
dikonsumsi karena memiliki kandungan gizi yang cukup baik. Berdasarkan
hasil penelitian, kandungan gizi daging kerang hijau sebanding dengan
daging sapi, telur ataupun daging ayam. Dalam habitat yang normal,
kandungan kerang hijau terdiri dari air, protein, lemak serta
karbohidrat. Karena itulah, kerang hijau bermanfaat untuk meningkatkan
kerja organ hati manusia, mengobati rematik termasuk meningkatkan daya
tahan tubuh. Kerang hijau merupakan salah satu jenis kekerangan yang
mempunyai nilai ekonomis. Rasanya yang enak didukung kadar protein yang
tinggi menjadikan kerang hijau sebagai makanan yang menyehatkanKerang Hijau (Perna viridis) termasuk binatang lunak (moluska) yang hidup di laut, bercangkang dua dan berwarna hijau. Kerang hijau merupakan organisme yang termasuk kelasPelecypoda. Golongan biota yang bertubuh lunak (mollusca). Kerang hijau merupaka Hewandari kelas pelecipoda kelas ini selalu mempunyai cangkang katup sepasang maka disebutsebagai Bivalvia. Hewan ini disebut juga yaitu pelecys yang artinya kapak kecil dan podosyang artinya kaki. Jadi Pelecypoda berarti hewan berkaki pipih seperti mata kapak. Hewankelas ini pun berinsang berlapis-lapis maka sering disebut Lamelli branchiata (Kastawi, 2008).
Metode Budidaya
Budidaya
kerang hijau dapat dilakukan dengan menggu-nakan 4 macam metoda yaitu:
metoda tancap (post method), rakit apung (raft method), rakit tancap/rak
(rack method) dan tali rentang (long line method). Sedangkan kondisi
lingkungan perairan antara lain harus terhindar dari gangguan arus
kencang, perubahan suhu yang mendadak, dan salinitasnya antara 27-35
permil. Selain itu harus terhindar dari fluktuasi kadar garam yang
tinggi, jauh dari pengaruh sungai besar, bebas dari pencemaran limbah
industri dan rumah tangga karena dapat membahayakan untuk dikonsumsi.
Kita
akan ambil salah satu contoh teknik budidaya kerang hijau dengan
menggunakan metode rakit apung. Bahan-bahan yang digunakan untuk
membuatnya antara lain: tali, rakit (terdiri dari tali, bambu,
pelampung) dan jangkar. Rakit yang digunakan dalam metoda ini berfungsi
untuk mengumpulkan spat (benih kerang). Dan sekaligus sebagai tempat
pembesaran dengan menggunakan tali kolektor tempat menempelnya
spat. Rakit terdiri dari tiga bagian utama, yaitu kerangka untuk
menggantungkan tali dan unit pelampung. Guna menyangga rakit supaya
tetap menga-pungserta jangkar atau pemberat sebagai penahan rakit.
Ada
dua macam bahan yang digunakan untuk membuat kerangka yaitu bambu dan
kayu, namun pada umumnya yang digunakan adalah bahan dari bambu. Untuk
rakit dengan ukuran 6m x 8m (48 m2) dibutuhkan bambu 18 batang. Dengan
jumlah tali gantungan untuk 1 unit adalah 96 tali dengan panjang 3 meter
per tali. Sedangkan untuk pelampung menggunakan drum plastik sebanyak 8
buah. Dan untuk pemberatnya menggunakan karung semen sebanyak 2 buah
dengan bobot masing-masing pemberat 25 kg.
Metode
budi daya kerang hijau terbagi atas empat kelompok, yaitu metode
tancap, metode rakit apung, metode rakit tancap, dan metode tali rentang
(long line).
1) Metode tancap
Metode
ini menggunakan tonggak kayu atau bambu yang ditancapkan ke dasar
perairan. Oleh karena itu, metode ini hanya dapat diterapkan di daerah
pantai yang dasarnya berlumpur. Metode yang sangat sederhana ini cocok
untuk perairan dengan kedalaman 3-5 cm.
Panjang
bambu yang digunakan antara 5-10 m. Ujung atasnya harus tetap terendam
air sewaktu air surut terendah. Tonggak yang digunakan kerap kali
dirangkaikan satu sama lain sehingga berbentuk bagan tancap. Untuk 1 ha,
usaha budi daya kerang dibutuhkan kurang lebih 500 batang bambu.
Bambu
atau kayu yang digunakan tersebut sering cepat rusak karena membusuk
ataupun dilubangi oleh hewan-hewan penggerek. Secara normal, setiap
metode tancap dapat menghasilkan 10 kg/m. Satu kolektor tancap dapat
menghasilkan lebih kurang 3o kg kerang per tahun.
2) Metode rakit apung
Bahan
yang digunakan pada metode ini terdiri atas tali dan rakit (tali,
bambu, pelampung, dan jangkar). Metode ini biasanya digunakan pada
perairan dengan kedalaman 3-4 m pada saat surut terendah. Untuk ukuran
satu unit rakit, dapat dibuat 6 m x 8 m, 5 x 5 m, 15 x 15 m, atau 3o x
30 m yang diberi jarak pada rakit untuk pelampung.
3) Metode rakit tancap
Pembesaran
kerang hijau dengan metode rakit tancap ini hampir sama dengan
pembesaran rakit apung. Perbedaannya pada penggunaan pelampung. Rakit
tancap, menggunakan kayo atau bambu yang ditancapkan pada dasar perairan
sehingga tidak bergerak. Penempatan rakit harus memperhitungkan tinggi
rendah pasang surut untuk menghindari rakit dari kekeringan. Ukuran
rakit biasanya 4 m x 4 m dengan kebutuhan material berupa bambu diameter
4-5 cm sebanyak 15-2o batang, tali temali (polietilen) 3-5 kg, dan
kawat 2-3 gulung/kg.
Jumlah
kerang hijau per kolektor atau tali pembesaran yang dapat diperoleh
selama pembesaran 6-7 bulan untuk satu kali antara 20-25 kg. Dengan
demikian, produksi total dalam 1 rakit tancap ukuran 4 m x 4 m adalah
kurang lebih 40o kg.
4) Metode tali rentang (long line)
Metode
ini disebut juga dengan metode tali memanjang atau long line, yaitu
merentangkan tali secara memanjang/horizontal. Metode ini menggunakan
pelampung besar yang dihubungkan satu dengan yang lainnya untuk
memberikan daya apung pada tali. Setiap deret tali penyangga pada kedua
ujung terakhir diikatkan pada jangkar untuk menjaga agar pelampung tidak
tertarik ke tengah pada saat penambahan berat.
Keuntungan
dari metode ini adalah lebih fleksibel/tidak kaku dan memiliki
ketahanan paling tinggi terhadap ombak serta angin. Dengan demikian,
bahaya kerusakan dan kerugian yang diakibatkan gelombang dan angin dapat
diperkecil. Satu unit berukuran 4 tali jalur dengan panjang tali 70 m
bisa dipasang 56o tali kolektor.
Proses pemeliharaan
Proses
pemeliharaan menjadi unsur yang menentukan keberhasilan budi daya
kerang hijau. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam proses pemeliharaan
kerang hijau adalah sebagai berikut.
1) Sortasi
Penyortiran
perlu dilakukan agar kerang hijau yang dihasilkan seragam sehingga
produksi dan waktu panen dapat ditentukan. Penyortiran dilakukan karena
kerang hijau yang menempel pada tali kolektor sering kali tidak seragam
ukurannya.
2) Penambahan pelampung
Penambahan
pelampung dilakukan saat terjadi penambahan beban tali yang disebabkan
oleh pertumbuhan dan pertambahan bobot kerang hijau. Penambahan
pelampung berguna untuk menyangga tali agar tetap mengapung.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama
yang biasa menyerang budi daya kerang hijau adalah jenis teritip
(Teredo sp. dan Manus sp.), bintang laut, burung, dan kepiting.
Sedangkan Kepiting adalah hama utama bagi juvenile dan kerang dewasa.
Kepiting dapat menghabiskan satu lusin kerang hijau setiap harinya.
Sementara itu, teritip dan hewan penempel lainnnya akan sangat
mengganggu pertumbuhan kerang hijau. Sampai saat ini di Indonesia belum
didapati penyakit yang mengancam budi daya kerang hijau. Kerang hijau
sendiri dapat terjangldt penyakit yang disebabkan oleh pencemaran di
atas ambang batas.
Panen
Kerang
hijau dapat dipanen setelah berumur 5-6 bulan masa pemeliharaan. Ukuran
kerang hijau dapat dikonsumsi adalah 6-8 cm. Ciri lainnya adalah daging
tebal dan berwarna krem. Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar
kerang hijau yang dihasilkan memuaskan adalah sebagai berikut.
-
Pemanenan dilakukan pada saat kerang hijau dalam fase istirahat.
-
Pengikisan atau perontokan kerang saat dilepaskan dari pancang bambu atau dari tali dengan benda tajam dapat memperkecil luka pada benang byssus-nya sehingga kerang mempunyai daya tahan hidup lebih lama.
-
Selain Budidaya kerang hijau ada juga pembudidayaan jenis kerang lainya seperti kerang dara , Kerang batik.
Disini kami Jual segala jenis kerang
- Kerang Hijau
- Kerag Dara
- Kerang Simping
- Kerang Batik
- Kerang Bulu
- Kerang Bambu
- Kerang Kampak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar